“Pada awalnya, tujuan Strela mendirikan Sekolah Stella Maris adalah agar pendidikan anak-anak asuh yang dirawat dan dibesarkannya terjamin. Namun, mukjizat terjadi. Tuhan memberkati apa yang dilakukan Strela Senjaya dan “mengembalikan” kemurahan hatinya melalui Sekolah Stella Maris. Sekolah itu berkembang pesat dan menjadi salah satu sekolah unggulan yang bisa dibanggakan di kawasan Serpong saat ini.”

(Adhi Ksp, Robert. 2018. Strela Senjaya: A Simple Woman with a Golden Heart.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah kecil, demikian seorang filsuf Tiongkok, Lao Tzu pernah berujar. Langkah-langkah kecil yang dijejakkan dua puluh enam tahun silam, tepatnya 15 Mei 1995, menjadi sebuah perjalanan yang akan selalu diingat oleh para perintis berdirinya Sekolah Stella Maris. “Dengan dukungan delapan guru termasuk satu kepala sekolah, satu tenaga administrasi, dan satu office boy, Stella Maris berdiri.” (Adhi Ksp, Robert. 2018. Strela Senjaya: A Simple Woman with a Golden Heart. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama). Bermula dengan menempati 2 buah ruko di sektor XIV BSD, berkat kerja keras, komitmen yang kuat, serta limpahan berkat Tuhan yang luar biasa,  hasilnya sekarang bisa dinikmati oleh banyak orang, menjadi berkat bagi sesama.

Mendirikan dan mengelola sebuah lembaga pendidikan (sekolah) bukanlah perkara mudah, banyak hal yang harus dipikirkan dan dikerjakan. Menghayati prosesnya diiringi dengan semangat serta tekad yang kuat untuk memberikan pelayanan terbaik di dunia pendidikan, segala tantangan dan rintangan berhasil dilewati dengan baik, dan tanpa terasa perjalanan yang ditempuh memasuki usia 26 tahun. Niat yang tulus untuk menaburkan kebaikan dan menjadi berkat bagi sesama seakan menjadi “bahan bakar” yang tidak akan pernah ada habisnya.

Publik menjadi saksi bagaimana Sekolah Stella Maris menjadi sekolah Katolik pertama di Indonesia yang memiliki dan menjalankan kurikulum internasional serta memiliki jenjang penuh dari TK sampai SMA, mengadaptasi kurikulum Cambridge dan International Baccalaureate (IB). Namun demikian Stella Maris bukan hanya menekankan aspek akademis semata dalam mendidik dan mengajar, motto sekolah “Educare in Caritatem” – mendidik dalam kasih diwujudkan dalam proses pembentukan karakter para siswa. Ada empat belas karakter yang ditanamkan pada siswa Stella Maris sejak TK sampai SMA sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Empat karakter di tingkat TK, kemudian dikembangkan di  tingkat SD menjadi sembilan karakter, tiga belas di tingkat SMP, dan total empat belas karakter di tingkat SMA. Harapannya semua peserta didik mendapatkan empat belas karakter ini secara keseluruhan karena prosesnya bertahap dan berkesinambungan. Selain membangun karakter, Stella Maris juga mencoba membangun jiwa kewirausahaan dalam diri para siswa. Sekolah Stella Maris berusaha menjadi “school of future entrepreneurs”. Dan proses pembangunan ini harus dilakukan sejak anak usia dini, karena menumbuhkan jiwa kewirausahaan sejatinya tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba.

Menapaki usia 26 tahun, “ujian” bagi Sekolah Stella Maris semakin besar, ibarat pepatah semakin tinggi pohon, akan semakin kencang angin menerpanya.  Hantaman badai pandemi Covid-19 adalah ujian yang paling menguras seluruh energi keluarga besar Stella Maris. Puji Tuhan, berkah penyertaan Tuhan, Stella Maris masih bisa berdiri tegak sampai hari ini. Dengan selalu berpegang pada nilai-nilai (values) Stella Maris yaitu Faith In God, Collaboration, Excellence, Respect, Innovation, dan Integrity, maka Sekolah Stella Maris akan terus bergerak maju dan berkontribusi nyata di dunia pendidikan Indonesia.

  • Post author:
  • Reading time:3 mins read